Proses Pengolahan Minyak Nyamplung
Kandungan minyak dari biji nyamplung
adalah 40% – 55% saat kondisi biji hijau, dan
70 – 75% saat kondisi biji kering. Kadar air biji nyamplung segar adalah
37 – 45%. Pengeringan hingga kadar air menjadi 12% dilakukan sebelum proses
ekstraksi minyak dilakukan. Alur pengolahan biji nyamplung menjadi minyak
nabati adalah:
1. Penyimpanan Biji
Biji nyamplung yang
sudah dipanen, dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 12%.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan penjemuran sinar matahari atau
mesin pengering. Apabila sinar matahari cukup terik, maka pengeringan
berlangsung selama 2 – 3 hari. Selanjutnya biji dipisahkan dari tempurungnya.
Tempurung atau cangkang biji nyamplung mencapai 30% berat total. Setelang
pengupasan cangkang maka diperoleh rendemen biji sebesar 70%. Biji dimasukan
kedalam karung goni dan ditutup rapat. Karung berisi biji nyamplung di simpan
didalam gudang dengan suhu 26 – 27 oC dan kelembapan sekitar 60 –
70%. Penyimpanan dilakukan apabila terdapat rentang waktu yang cukup panjang
antara pemanenan dan pengolahan biji nyamplung.
2. Pengeringan Biji
Pada saat mengalami penyimpanan, biji
nyamplung menyerap kelembaban sehingga kadar airnya meningkat. Pengeringan
sebelum pengambilan minyak perlu dilakukan karena keberadaan air dapat
menghambat ekstraksi minyak dari biji nyamplung.
Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan
dengan berbagai cara, yaitu :
-
Dikeringkan di bawah sinar matahari
- Digoreng
tanpa minyak (sangrai)
-
Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dilakukan sampai biji nyamplung
berwarna coklat kemerahan. Pengeringan yang tepat akan menentukan rendemen
minyak yang dihasilkan.
3. Pengepresan biji
Bisa dilakukan dengan dua macam mesin
pres, yaitu : Mesin pres hidrolik manual dan
mesin pres ekstruder (sistem
ulir). Mesin pres hidrolik memerlukan energi yang lebih kecil namun
produksi minyaknya dalam satu hari juga kecil. Sedangkan mesin pres ekstruder
memerlukan energi yang lebih besar dengan produksi minyak lebih banyak. Rendemen
minyak yang dihasilkan dari proses press adalah 20-30%. Residu proses pres
berupa ampas / bungkil biji yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
pembuatan briket. Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap
karena mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia seperti : alkoloid,
fosfatida, karotenoid, khlorofil, dll.
4. Degumming
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari
getah/lendir yang terdiri dari fostatida, protein, karbohidrat, residu, air dan
resin. Proses degumming dilakukan
dengan penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b) minyak,sehingga akan
terbentuk senyawa fosfasida yang mudah terpisah dari minyak. Hasil dari proses degumming akan memperlihatkan perbedaan
warna yang jelas dari minyak asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan.
Degumming dilakukan pada suhu 80oC
selama 15 menit, sampai terjadi endapan. Endapan dipisahkan, kemudian minyak
dicuci dengan air hangat (suhu 60oC) hingga jernih. Selanjutnya air
dipisahkan/diuapkan dari minyak dengan pengeringan vakum pada suhu 80oC
agar tidak terjadi reaksi oksidasi.
Minyak
nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati, baik sebagai biodiesel
maupun sebagai biokerosene. Proses lanjutan untuk pembuatan biodiesel dan
biokerosene dari minyak nyamplung adalah sebagai berikut:
Komposisi Minyak Tamanu
Asam Lemak
|
%
|
Asam Oleat
|
49.4
|
Asam Linoleat
|
21.3
|
Asam Palmitat
|
14.7
|
Asam Stearat
|
12.66
|
Asam
Eicosanoat
|
0.94
|
Asam
Eicosenoat
|
0.72
|
Asam Linolenat
|
0.28
|
BIODIESEL
Pengukuran
kadar FFA harus dilakukan untuk menentukan tahap pengolahan berikutnya untuk
menghasilkan biodiesel. Terdapat 3 kategori proses pengolahan lanjutan
berdasarkan kadar FFA pada minyak nyamplung hasil degumming:
1)
Proses Transesterifikasi (T), proses
ini digunakan apabila kadar FFA ≤ 1%.
2)
Proses EsterifikasiTransesterifikasi (ET),
proses ini digunakan apabila kadar FFA
berkisar antara 10–20%.
3) Proses EsterifikasiEsterifikasiTransesterifikasi (EET),
proses ini digunakan apabila kadar FFA ≥
20%.
Proses transesterifikasi merupakan proses
pereaksian minyak hasil degumming
dengan metanol dengan perbandingan molar 6:1 (metanol : minyak) dengan
menggunakan katalis NaOH / KOH 0,5% dan dipanaskan pada suhu 60oC
selama 30 menit sambil di aduk. Selanjutya dilakukan pengendapan selama 3 – 4
jam untuk memisahkan gliserol. Pemisahan gliserol dapat dipercepat dengan
menggunakan metode sentrifugasi. Air yang terbentuk di bawah permukaan
biodiesel dicuci dengan menggunakan asam asetat glacial 0,01% kemudian dicuci
dengan menggunakan air hangat suhu 60oC. Sisa methanol yang masih
ada diuapkan. Proses transesterifikasi mengubah trigliserida menjadi metal
ester, sedangkan FFA akan mengalami reaksi penyabunan dan terikut bersama
gliserol.
Proses
esterifikasi-transesterifikasi dilakukan apabila kadar FFA dalam minyak cukup
tinggi. Proses esterifikasi perlu dilakukan sebelum proses transesterifikasi untuk
mencegah pembentukan sabun dari FFA apabila dilakukan proses transesterifikasi
secara langsung. Proses esterifikasi dilakukan dengan cara menambahkan metanol
dalam perbandingan molar 20:1 (metanol : minyak) dengan menggunakan HCl 1%
sebagai katalis. Pereaksian dengan
metanol disertai dengan pemanasan 60oC selama 1 jam dan pengadukan.
Selanjutnya dilakukan proses transesterifikasi yang sama seperti paragraph
sebelumnya.
Proses esterifikasi-esterifikasi-transesterifikasi dilakukan dengan
menggunakan metode yang sama seperti yang telah dijelaskan dalam paragraph
sebelumnya hanya saja proses esterifikasi dilakukan sebanyak 2 kali.
Tabel 1. Sifat Fisikokimia
Biodiesel Nyamplung Dibandingkan dengan Standar SNI04-7182-2006
No
|
Parameter
|
Satuan
|
Metode Uji
|
Standar
Biodiesel
|
Biodiesel
Nyamplung
|
1
|
Kg/m3
|
ASTM D1298
|
850 – 890
|
880.6
|
|
2
|
Viskositas
kinematik pada 40oC
|
mm2/c
(cSt)
|
ASTM D445
|
2,3 – 6
|
5,724
|
3
|
Bilangan
setana
|
-
|
ASTM D613
|
Min. 51
|
71,9
|
4
|
Titik nyala
(mangkok tertutup)
|
oC
|
ASTM D93
|
Min. 100
|
151
|
5
|
Titik kabut
|
oC
|
ASTM D2500
|
Maks. 18
|
38
|
6
|
Korosi
Kepingan Tembaga (3 jam pada 50oC)
|
-
|
ASTM D130
|
Maks no. 3
|
1b
|
7
|
Residu karbon dalam:
a.
Contoh asli
b.
10% ampas distilasi
|
%
|
ASTM D4530
|
Maks. 0,05
Maks. 0,3
|
0,04
|
8
|
Air dan
Sedimen
|
% volume
|
ASTM D1796
|
Maks. 0,05
|
0
|
9
|
Suhu distilasi
90%
|
oC
|
ASTM D1160
|
Maks. 360
|
340
|
10
|
Abu
tersulfatkan
|
%
|
ASTM D874
|
Maks. 0,02
|
0,026
|
11
|
Belerang
|
Ppm-m (mg/kg)
|
ASTM D1266
|
Maks. 100
|
16
|
12
|
Fosfor
|
Ppm-m (mg/kg)
|
ASTM D1091
|
Maks.10
|
0,223
|
13
|
Bilangan asam
|
Mg KOH/g
|
AOCS Cd 3d-63
|
Maks. 0,8
|
0,76
|
14
|
Gliserol total
|
%
|
AOCS Ca 14-56
|
Maks. 0,24
|
0,222
|
15
|
Kadar ester
alkil
|
%
|
SNI04-7182-2006
|
Min. 96,5
|
96,99
|
16
|
Bilangan
iodium
|
%
|
AOCS Cd1-25
|
Maks. 115
|
85
|
Tabel 2. Komposisi Minyak
Nyamplung
Komponen
|
Kadar (%)
|
Asam Miristat (C14)
|
0,09
|
Asam Palmitat (C16)
|
14,6
|
Asam Stearat (C18)
|
19,96
|
Asam Oleat (C18:1)
|
37,57
|
Asam Linoleat (C 18:2)
|
26,33
|
Asam Linolenat (C18:3)
|
0,27
|
Asam Arachidat (C20)
|
0,94
|
Asam Erukat (C20:1)
|
0,72
|
BIOKEROSENE
Minyak
nyamplung hasil degumming selanjutnya dinetralisasi untuk dapat dimanfaatkan
sebagai biokerosene. Tujuan netralisasi adalah untuk mengurangi viskositas
minyak dan mencerahkan warna minyak dengan cara mengendapkan bagian
tersabunkan. Netralisasi dilakukan dengan menambahkan NaOH teknis diikuti
dengan pemanasan pada suhu 60oC selama 15 menit. Minyak diistirahatkan selama 1
jm agar sabun dapat mengendap dan dipisahkan dari minyak.
PEMANFAATAN LAIN DARI NYAMPLUNG :
1.
Metil stearat (stearin) yang dihasilkan dari endapan
biodiesel setelah dipadatkan dan dihilangkan racunnya dapat diolah menjadi
coklat putih atau menjadi bahan baku
pembuatan lilin.
2.
Gliserin sisa pengolahan biodiesel dapat digunakan
untuk bahan baku
pembuatan sabun atau campuran bahan kosmetik karena sifatnya sebagai humectant (pelembab).
3.
Ekstrak fraksi tersabunkan dari minyak nyamplung berupa
coumarin, digunakan sebagai bahan baku
pengobatan HIV AIDS.
4. Bungkil biji nyamplung sisa pengepresan
dapat diolah menjadi briket. Selain itu bungkil biji juga dapat dimanfaatkan
menjadi pakan ternak setelah racun dihilangkan dengan pemanasan hingga suhu 120oC
selama 30 menit. Ekstraksi bungkil dengan penggunakan pelarut non polar
(heksan) dapat menghasilkan herbisida.
5.
Tempurung buah yang dipisahkan pada awal proses dapat
diolah menjadi arang aktif.
Siang mbak, dimana saya bisa membeli minyak nyamplung murni. Terima kasih. 081314187577
BalasHapus