Kamis, 27 Desember 2012

Biogas Type Fixed Dome


Persiapan Pemasangan Reaktor Biogas
1.     Pembuatan lubang reaktor, diameter = 4.3 m, dalam dengan R = 0,5 m, membentuk melingkar (Seperti yang terlihat pada gambar 1).
2.     Pembuatan meja tabung plastik penampung gas : (diameter 1 m) panjang = 7.6 m, lebar =1 m
3.     Kotoran sapi (fases) awal sebanyak 450 karung kantong semen atau karung seukurannya (450 kantong semen = 9000 lt). Persiapan awal ini untuk mempercepat produksi gas yang siap untuk digunakan (dinyalakan).
4.     Drum untuk tempat pencampuran kotoran (fases) dengan air (1:1) ; 1 buah (200 liter)
5.      Karung untuk tempat sisa kotoran dari proses produksi biogas
6.      Kayu atau bambu untuk pagar, supaya reaktor aman dari gangguan ternak atau lainnya.
7.      Terpal dan bahan lainnya untuk atap reaktor supaya terhindar dari hujan atau material yang jatuh dari atas.

Cara Pengoperasian Reaktor Biogas
1.      Buat campuran kotoran ternak dan air dengan perbandingan 1 : 1 (bahan biogas)
2.      Masukkan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian sebanyak 9000 liter, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas di dalam reaktor.
3.      Setelah kurang lebih 10 hari reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. 
      Biogas sudah dapat digunakan sebagai bahan bakar, kompor biogas dapat dioperasikan.
4.      Pengisian bahan biogas selanjutnya dapat dilakukan setiap hari, yaitu sebanyak ± 180 liter setiap pagi dan sore hari. Sisa pengolahan bahan biogas berupa sludge (lumpur) secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Sisa hasil pengolahan bahan biogas tersebut dapat digunakan langsung sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering

Cara Pengoperasian Kompor Biogas
1.      Buka sedikit kran gas yang ada pada kompor (memutar ke sebelah kiri)
2.      Nyalakan korek api dan sulut tepat diatas tungku kompor.
3.      Apabila menginginkan api yang lebih besar, kran gas dapat dibuka lebih besar lagi, demikian pula sebaliknya. Api dapat disetel sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita.

Pemeliharaan Dan Perawatan Reaktor Biogas
1.      Hindarkan reaktor dari gangguan anak-anak, tangan jahil, ataupun dari ternak yang dapat merusak dengan cara memagar dan memberi atap supaya air tidak dapat masuk ke dalam galian reaktor.
2.      Isilah selalu pengaman gas dengan air sampai penuh. Jangan biarkan sampai kosong karena gas yang dihasilkan akan terbuang melalui pengaman gas.
3.      Apabila reaktor tampak mengencang karena adanya gas tetapi gas tidak mengisi penampung gas, maka luruskan selang dari pengaman gas sampai reaktor, karena uap air yang ada di dalam selang dapat menghambat gas mengalir ke penampung gas. Lakukan hal tersebut sebagai pengecekan rutin.
4.      Cegah air masuk ke dalam reaktor dengan menutup tempat pengisian disaat tidak ada pengisian reaktor.
5.      Berikan pemberat di atas penampung gas (misalnya dengan karung-karung bekas) supaya mendapatkan tekanan di saat pemakaian.
6.      Bersihkan kompor dari kotoran saat memasak ataupun minyak yang menempel.

Keunggulan Reaktor Biogas
  • Konstruksi sederhana, mudah dan cepat pemasangannya
  • Awet, penampungan gas menggunakan material plastik khusus sehingga tahan hingga 6 tahun.
  • Mudah dalam perawatan dan penggunaan.
  • Menghasilkan kompos (pupuk organik) yang sangat bagus kualitasnya dan dapat langsung digunakan pada lahan/usaha budidaya pertanian


Biogas Skala Rumah Tangga

Alat penghasil biogas ini terdiri dari reaktor dengan bahan baku kotoran hewan/bungkil jarak/enceng gondok, dll yang selama proses fermentasi akan menghasilkan biogas dan hasil biogas ditampung dalam sebuah penampungan biogas dengan bahan plastik.
Persiapan Bahan :
§    Kotoran sapi, digunakan untuk starter (jika digunakan biomassa sebagai penghasil gas)
§        Bungkil biji jarak pagar / enceng gondok / biomassa lain
§        Air, sebagai media pencampur

Persiapan Alat :
§        Pastikan alat dalam kondisi normal, dan berfungsi dengan baik
§   Pastikan tidak ada kebocoran pada tangki reaktor instalasi selang maupun pada penampungan gas
§        Tangki reaktor dalam kondisi baik

Prosedur Pengoperasian :
§        Tutup semua saluran pada tangki reaktor kecuali pada bagian input
§        Masukkan kotoran sapi pada tangki reaktor
§    Tunggu selama ± 1 hari, kemudian masukkan bungkil jarak sedikit demi sedikit ke dalam tangki reaktor
§   Gas methana akan mulai dihasilkan setelah hari ke 3, namun biogas baru bisa di gunakan setelah plastik penampung biogas terisi penuh
§    Sambung selang output biogas dari penampung biogas pada kompor untuk dapat digunakan memasak.

Perawatan Alat :
§       Beri atap pada alat agar terlindung dari sinar matahari dan hujan
§        Beri pagar pada sekeliling alat agar terlindung dari ternak dan tangan jail


Permasalahan dan Cara Penanggulangan :
Masalah
Penyebab
Cara Mengatasi
Plastik penampungan gas tidak bisa penuh
·        Tidak ada hasil gas

·  Plastik penampungan bocor
·  Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan gas kurang
· Segera tambal plastik yang bocor
Reaktor Tank membengkak
·     Lubang pipa penyalur gas tersumbat
· Bersihkan lubang selang penyalur gas dari kotoran

Manfaat Lain Selain Sebagai Penghasil Biogas :

Kotoran ternak / biomassa yang keluar dari reaktor bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pupuk tersebut disaring, yang padat dikeringkan bisa digunakan sebagai pupuk padat dan yang cair digunakan sebagai pupuk cair.

Rabu, 26 Desember 2012

Proses Pembuatan Es Balok



Bahan Baku dan Peralatan yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1.      Bahan Baku
a.   Air sumur, merupakan bahan baku pembuatan es.
b.  Air PDAM, merupakan bahan baku cadangan pembuatan es. Air PDAM digunakan apabila air sumur berkurang atau airnya tidak memenuhi persyaratan.

2.      Bahan Pembantu
a.  Garam, berfungsi untuk mencapai proses pendinginan (sebagai mediator) karena air garam dengan kadar  kurang lebih  19 % terlarut paling sempurna dan tidak terjadi endapan pada bak pendingin yang memiliki titik beku lebih rendah dibanding dengan air murni yang ada di dalam ice scan.
b.  NH3 atau amoniak, berfungsi sebagai pendingin karena amoniak memiliki titik didih -280 F.
c.   Oli dan solar, berfungsi sebagai pelumas dan bahan bakar mesin-mesin produksi.

3.      Peralatan yang digunakan dalam proses produksi seperti terlampir pada lampiran.

Proses Pembuatan Es Balok dapat diuraikan sebagai berikut :
1.   Tahap I (Proses Pengisian)
Ice can (cetakan es) diisi dengan air murni dengan menggunakan Filling Tank (Tangki Pengisian Air) sebagai bahan baku utama pembuatan es. Ice can  yang digunakan terbuat dari plat 1.8 mm dengan lapisan anti karat galvanis, dan dilengkapi dengan frame isi 10 unit cetakan dengan  masing-masing cetakan mempunyai berat 50 kg. Filling Tank (Tangki pengisisan air) dilengkapi dengan katup dan level control sehingga pengisian air dapat dikontrol sesuai dengan kapasitas tangki.

2.   Tahap II (Proses Pengangkatan)
Setelah proses pengisian selesai, ice can kemudian diangkat oleh pengangkat dan diletakkan kedalam Brine Tank (bak pendingin) yaitu dengan memasang ice can pada rei (alat Bantu untuk mempermudah proses penempatan) yang terdapat pada bagian atas Brine Tank.

3.   Tahan III  (Proses Pendinginan)
Ice can tersebut kemudian dicelupkan ke dalam Brine Tank dan terendam sampai level air di dalam ice can sejajar dengan level brine tank (tangki proses). Brine berfungsi sebagai refrigerant untuk mengambil kalor dari air sehingga air menjadi dingin dan lama-kelamaan akan membeku (menjadi es). Proses pendinginan memakan waktu kurang lebih 24 jam agar es balok yang dihasilkan nantinya benar-benar matang. Pada Brine Tank juga dilengkapi dengan brine agitator (pengaduk air garam) agar larutan garam yang dihasilkan lebih merata dan brine tidak menjadi gel/bubur yang disebabkan karena temperatur terlalu dingin.

4.   Tahap IV (Proses Perendaman)
Apabila es balok sudah terbentuk (membeku) proses selanjutnya adalah pengangkatan ice can dari Brine Tank untuk direndam di air normal pada Dip Tank (Tangki pelepas es). Hal ini bertujuan agar sisi es balok terluar mencair, agar es balok tersebut mudah terlepas dari ice can

5.   Tahap VI (Proses Pelepasan)
Setelah sisi es balok terluar mencair, maka angkat ice can dengan menggunakan rei dan keluarkan es balok dari cetakan, setelah es balok keluar maka angkut ke tempat penyortiran dengan cara diluncurkan dengan can dumper (peluncur es).

6.   Tahap VI (Proses Penyortiran)
Es balok yang sudah terlepas dari ice scan tadi disortir untuk memperoleh es balok yang layak untuk dijual ke konsumen..

Hasil Produksi
Es balok yang dihasilkan memiliki masing-masing berat 50 kg. Dalam seharinya mampu memproduksi es balok sebanyak 100.000 kg atau 2000 balok setiap hari. Angka ini berdasarkan kapasitas mesin dalam berproduksi. Es balok yang dihasilkan berwarna putih bening bukan putih susu sehingga pencairan es akan lebih lama.

Kamis, 22 November 2012

Pembuatan Pupuk Organik Granul


Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos granul:
1.      Pupuk kompos
2.      Kotoran ternak yang telah kering
3.      Dolomit

Pupuk kompos yang digunakan adalah pupuk kompos matang. Cara pembuatan pupuk kompos, adalah:

1.      Persiapan Bahan

Bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos berupa sampah organik, misalnya: jerami, daun, dll. Bahan-bahan yang akan di komposkan harus disortir terlebih dahulu untuk memisahkan komponen anorganik, seperti plastik, gelas, logam, dll.

2.      Pengecilan Ukuran

Bahan-bahan yang akan dikomposkan dicacah terlebih dahulu untuk mengecilkan ukuran. Tujuan pengecilan ukuran adalah untuk meningkatkan efisiensi pada saat dekomposisi oleh bakteri.

3.      Pencampuran

Bahan yang telah di cacah kemudian dicampur dengan bioaktivator. Biaktivator adalah biakan mikroba yang berfungsi mempercepat proses dekomposisi bahan membentuk kompos.

4.      Dekomposisi

Selama proses dekomposisi terjadi penguraian bahan-bahan membentuk kompos. Proses dekomposisi dapat dilakukan dengan metode tradisional maupun metode modern dengan menggunakan mesin. Metode tradisional dilakukan dengan cara menumpuk bahan dengan ukuran 2 m x 1 m x 1,5 m (P x L x T). Pada tumpuka diberi aersi berupa batang bambu yang sudah dilubangi di sepanjang sisinya. Pada bagian atas tumpukan ditutup dengan terpal untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban. Metode modern dapat dilakukan dengan menggunakan mesin seperti rotary drum.

Suhu dan kadar air sangat mempengaruhi proses ini sehingga harus selalu di pantau. Suhu diukur dengan menggunakan termometer. Apabila suhu melebihi 45oC maka harus dilakukan pembalikan untuk menurunkan suhu. Kadar air diperiksa dengan meremas. Kadar air yang diinginkan adalah apabila terdapat percikan kecil air pada sela-sela jari saat bahan diremas. Air ditambahkan apabila bahan terlalu kering.

5.      Pematangan

Kompos yang telah matang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.       Dicium/dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
b.      Kekerasan Bahan
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremasremas akan mudah hancur.
c.       Warna kompos
Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitamhitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
d.      Penyusutan
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
e.       Suhu
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 45oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
f.        Tes perkecambahan
Contoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3 – 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke2 atau ke3 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.

6.      Pengecilan Ukuran dan Pengayakan

Pupuk kompos yang telah matang di cacah dan diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam.

Pupuk kompos selanjutnya dibentuk menjadi granul dengan proses sebagai berikut :

1.      Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku dilakukan sendiri-sendiri. Jadi jika bahan baku terdiri dari tiga bahan, maka proses ini juga terbagi menjadi tiga bagian. Bahan untuk membuat pupuk organik granul harus dalam bentuk tepung. Sebagian bahan baku bisa diperoleh atau dibeli dalam bentuk tepung, seperti: kaptan, zeolit, dolomit, atau fosfat alam. Sebagian bahan kemungkinan diperoleh dalam bentuk bongkahan ukuran yang besar. Bahan-bahan ini harus diolah terlebih dahulu hingga berbentuk tepung. Proses persiapan bahan baku terdiri dari tiga tahap, yaitu: pengeringan, penghalusan, dan pengayakan.

2.      Pengeringan

Proses pertama adalah pengeringan bahan. Bahan baku, kompos misalnya, dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bisa dilakukan dengan cara dijemur atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengering dilakukan hingga kadar air kurang dari antara 10-15% atau sampai kompos bisa ditepungkan.

3.      Penghalusan

Penghalusan bisa dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Penghalusan secara manual misalnya dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin cacah khusus. Penggunaan mesin menghasilkan kompos yang lebih halus dengan kapasitas yang lebih besar daripada cara manual.

4.      Pengayakan

Untuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, kompos yang telah dihaluskan diayak. Pengayakan menggunakan ayakan (screen) halus. Pengayakan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin ayak. Yang perlu diperhatikan adalah mesin ayakan harus tertutup atau dilengkapi dengan penyedot debu, karena tepung bisa terbang ke mana-mana. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Jika bahan perlu bahan tersebut dikeringkan lagi agar mudah ditepungkan. Bahanbahan yang sudah tidak bisa dihaluskan bisa dijadikan pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang terbuang.

5.      Pencampuran

Semua bahan sesuai dengan resepnya dicampur menjadi satu. Pencampuran harus dilakukan baik agar semua bahan tercampur merata. Dalam skala kecil pencampuran dapat dilakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan sekop. Dalam skala besar pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer (mesin pencampur). Apabila perekatnya berbentuk tepung, penambahan perekat dilakukan pada proses ini.

6.      Granulasi

Semua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granul dengan menggunakan pan granulator. Perekat (jika dalam bentuk cair) ditambahkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk granul.

7.      Pengeringan

Granul yang baru keluar dari pan granulator biasanya masih basah. Granul ini perlu dikeringkan hingga kadar air kurang lebih 10-15%. Pengeringan granul bisa dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunaka mesin pengering.

8.      Pengayakan

Meskipun dilakukan dengan sebaik-baiknya, umumnya granul tidak benar-benar seragam. Ukuran granul bervariasi dari yang terkecil hingga besar. Ukuran granul yang biasa diinginkan antara 3 – 5 mm. Memisahkan ukuran granul dilakukan dengan cara pengayakan. Granul yang berukuran kecil digunakan kembali dalam proses granulasi, sedangkan granul yang berukuran besar dihaluskan dan digunakan sebagai bahan baku kembali. Granul yang reject atau pecah-pecah juga dapat dijual sebagai pupuk organik curah. Jadi sekali lagi tidak ada bahan yang dibuang.

Proses Pembuatan Kompos



1.      PERSIAPAN BAHAN
Sampah yang diolah untuk dapat digunakan sebagai pupuk organik adalah semua bahan / sampah yang bersifat organik. Sampah yang berupa plastik, kaleng, atau kaca tidak dapat digunakan. Beberapa bahan yang dibutuhkan untuk proses pembuatan pupuk organik adalah sebagai berikut :
·     Sampah pasar
·     Kotoran sapi / kerbau / kambing
·     Bio-activator / MOL
·     Bahan pelengkap : bambu, kapur tohor dan air

2.      PERSIAPAN ALAT / MESIN
Persiapan Mesin Pencacah Sampah / Jerami :
·     Pastikan mesin dalam keadaan bersih
·     V-belt terpasang dengan baik (tidak kendor maupun terlalu kencang)
·     Ketersediaan air dan bahan bakar solar pada motor diesel
Perlengkapan :
·     Sekop
·     Penyemprot air manual
·     Plastik / Terpal

3.      CARA MEMBUAT KOMPOS
Asumsi kompos yang dihasilkan 400 kg
·     Buat 10 lubang dengan kedalaman 40 cm, lebar 1 m dan panjang 2 m
·     Cacah sampah yang berasal dari sawah maupun pasar sebanyak ± 900 kg
·     Masukkan cacahan sampah kedalam lubang dengan ketinggian 30 cm
·    Perciki dengan air yang telah ditambah dengan EM4 untuk meningkatkan kelembapan dan mempercepat proses pengomposan
·    Taburkan kotoran ternak secara merata keseluruh permukaan dengan ketebalan 3 cm
·    Taburkan kapur tohor pada permukaan setebal 1 cm.
·    Pasang cerobong bambu tegak lurus pada tumpukan bahan-bahan kompos tersebut
·  Ulangi tumpukan sampah, air + larutan EM4, kotoran ternak, dan kapur tohor secara berlapis-lapis hingga ketinggian 1,5 meter.
· Tutup tumpukan bahan-bahan kompos dengan menggunakan plastic untuk menjaga kelembaban dan melindungi proses pengomposan dari hujan
·    Lakukan pembalikan tumpukan setiap 3-4 hari sekali disertai penyiraman air + larutan EM4
·   Kompos jadi setelah ± 1 bulan, ditandai dengan penyusutan volume hingga 1/3 bagian dari volume awal, tidak berbau busuk, dan berbentuk seperti butiran tanah berwarna kecoklatan.



Jamu Tradisional & Pembuatannya


A.     Latar Belakang
Didalam kehidupan ini, jamu tradisional sangat krusial dalam hal kesehatan organ tubuh umat manusia. Dengan catatan, apabila kita sadar betul terhadap khasiat jamu tradisional itu. Akan tetapi, pada zaman dunia ketiga sekarang ini, umat manusia kurang menyadari akan khasiat jamu tradisional itu. Ironisnya, malah lebih percaya kepada obat-obatan yang berbau non-tradisional (obat-obatan yang terbuat dari bahan yang berhkasiat, tetapi sudah mengalami kolaborasi dengan bahan-bahan kimia alias sudah tidak murni lagi).
Padahal, dalam kehidupan kita pasti membutuhkan obat-obatan yang betul-betul murni (yang tradisional). Karena, jika kita seumpamanya memakai obat non-tradisional, jelas akan mengalami suatu hal yang kontroversial pada organ tubuh kita di kemudian hari. Begitu juga sebaliknya, apabila kita menggunakan jamu (obat) tradisional jelas kita tidak akan mengalami suatu hal yang kontroversial pada organ tubuh. Jamu tradisional belum mengalami campuran bahan-bahan kimiawi. Dan bahan kimia itulah yang sangat membahayakan kepada organ tubuh manusia.


B.     Bahan-bahan Pembuatan Jamu dan Khasiatnya
No
Nama Bahan
Khasiat
1
Temu lawak
Hepatitis, batu empedu, sakit maag, ginjal, asma, bisul, kolesterol, eksem, menambah nafsu makan, bau badan, sembelit, memperbanyak asi, sariawan, nyeri haid, batuk
2
Mengkudu
Hipertensi, hepatitis, cacing gelang, melancarkan air seni, batuk, diabetes, radang usus, diare pada anak, kulit bersisik, eksem, ketombe, encok, pegal linu, masuk angin, radang tenggorokan dan amandel
3
Kunir
mengeluarkan gas dari usus, anti kejang, mencret, menghentikan pendarahan, obat kudis, borok, usus buntu, mati haid, kurang darah, keputihan, penyakit kuning, pembengkakan selaput mulut
4
Dewa
Luka, mencegah penyakit jantung, rematik, kutil
5
Mentos
Batuk, radang tenggorokan, asma, memperbaiki paru-paru
6
Kuncepepet
Mempersempit kemaluan perempuan, menghilangkan bau rahim, mengatasi keputihan
7
Sirih
Antiseptik, bau badan, sakit gigi, keputihan, radang selaput lendir mata, gusi bengkak, radang tenggorokan, batuk kering
8
Daun ungu
Peluruh kencing, mempercepat pemasakan bisul, pencahar ringan, sembelit, wasir, gangguan lambung
9
Kencur
Masuk angin, tetanus, radang lambung, obat kumur, obat sakit kepala, batuk pilek, perut nyeri, bengkak, muntah-muntah, panas dalam, keracunan, demam malaria
10
Saga Manis
Panas dalam, sariawan, radang tenggorokan, sakit kuning
11
Lida Buaya
Ambein, regenerasi sel, jerawat, batuk yang disertai sesak nafas, rambut rontok, penurun panas dalam, sembelit
12
Jati Belanda
Menurunkan lemak dalam badan, melangsingkan tubuh, melancarkan buang air besar dan kolesterol
13
Daun Apokat
Jamu ini baik untuk mengobati penyakit darah tinggi, pusing karena tensi darah tidak normal, gangguan jantung, gangguan syaraf dan lain-lain
14
Kuda Jantan
Menghilangkan pegal linu, badan kurang bersemangat, cepat lelah, stamina menurun, menguatkan daya tahan tubuh,kurang nafsu makan, mengencangkan otot, kurang keras dan lembek, pekerja keras, badan terasa dingin
15
Wortel
Vitamin A, memperlancar sirkulasi darah, menghilangkan gejala panas mata, mempercepat kerja lambung
16
Jahe
Mengatasi masuk angin, migrain, mual-mual, mabuk perjalanan, nyeri pinggang dan punggung, cacingan, borok
17
Murbai
Reumatik, flu, sinusitis, asam urat, mengatasi benjolan-benjolan di tubuh, anti piretik, peluruh kencing dan kentut
18
Kunir Putih
Merawat alat-alat reproduksi wanita (rahim), mencegah penyakit kanker, tumor, mengatasi demam berdarah
19
Lengkuas
Mengobati eksim, panu, gabag, borok, koreng, koreng (semua penyakit kulit), radang anak telinga, radang lambung).

C.     Peralatan Yang Digunakan
Bentuk Instan :
No
Nama Alat
Kap.
Kegunaan
Jumlah
1
Bak pencucian
75kg
Untuk mencuci bahan yang akan diproses
2 buah
2
Pemarut
10kg/jam
Untuk mempermudah saat pengambilan sari patinya
1 buah
3
Timbangan

Untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan
1 buah
4
Tangki Mixer (+alat ukur)
150 kg
Untuk mencampur bahan tambahan
1 buah
5
Packing

Untuk mengemas jamu instan
1 buah

Bentuk Serbuk :
No
Nama Alat
Kap.
Kegunaan
Jumlah
1
Bak pencucian
75kg
Untuk mencuci bahan yang akan diproses
2 buah
2
Pengering
150 kg
Untuk mengeringkan bahan yang akan dibuat jamu
1 buah
3
Penumbuk
150 kg
Untuk menghaluskan bahan yang telah kering
1 buah
4
Timbangan

Untuk menimbang bahan-bahan yang akan digunakan
1 buah
5
Tangki Mixer
150 kg
Untuk mencampur bahan tambahan
1 buah
6
Packing

Untuk mengemas jamu bubuk
1 buah


D.    Proses Pembuatan Jamu Tradisional
Bentuk instan :
a)      Bahan dicuci sampai bersih
b)      Kemudian diambil sari patinya, dengan cara dapat dengan diparut/dihancurkan, kemudian tambahkan sedikit air untuk mengambil sarinya.
c)      Kemudian, dari hasil pengambilan sari bahan berkhasiat itu langsung diukur atau disesuaikan dengan bahan campuran yaitu gula dan kemudian untuk dimasak.
-          Jika gulanya ¼ kg maka air sari pati bahan berkhasiatnya 0,75 seukuran Aqua.
-          Tapi, apabila gulanya ½ kg maka air sari pati bahan berkhasiatnya 1,5 seukuran Aqua.
-          Namun, apabila gulanya 1 kg maka air sari pati bahan berkhasiatnya 3 gelas seukuran Aqua, dan seterusnya.
Catatan penting : bahwa apabila mau membuat instan dari bahan Lidah Buaya, Mengkudu, dan sejenisnya maka diberi tambahan secukupnya air kapur (landhana kapor) yang sudah jernih. Tapi, meskipun mau membuat Temu Lawak tetapi masih dicampuri bahan berkhasiat sejenis Lidah Buaya atau Mengkudu, maka hendaknya juga diberi air kapur yang sudah jernih.

Bentuk serbuk :
a)      Bahan apapun (seperti jahe dan kunir) dicuci sampai bersih dan diiris tipis-tipis.
b)      Bahan kemudian dijemur sampai kering sekali.
c)      Setelah bahan sudah kering, maka langsung ditumbuk atau diblander.
d)      Penggilingan bahan sampai mencapai ukuran 40-80 mesh, sesuai dengan kebutuhan.

Tepung Telur Alternatif

Di jaman yang serba praktis seperti sekarang ini, banyak sekali produk-produk pangan yang serba instan. Begitu pula dengan telur, suda...