Asap cair ini merupakan produk dari limbah pengolahan kelapa terpadu,
yaitu dengan bahan dasar tempurung kelapa. Asap cair merupakan campuran larutan dari disperse asap kayu
dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan
asap cair hasil dari pirolisis. Asap cair hasil pirolisis ini tergantung pada bahan dasar
dan suhu pirolisis. Asap cair ini memiliki kemampuan untuk mengawetkan bahan
makanan telah dilakukan di Sidoarjo untuk Bandeng asap karena adanya senyawa fenolat, asam dan karbonil ( Tranggono
dkk ,1977 ).
Asap cair ini
sudah digunakan di Amerika Serikat untuk pengolahan pengawetan daging setelah
sebelumnya diendapkan dan disaring untuk memisahkan senyawa tar. Pasar
international untuk produk asap cair meliputi AS, Eropa, Afrika, Australia dan
Amerika Selatan.
Bagaimana cara membuat asap cair?
Tempurung kelapa setelah dibersihkan
sabutnya dan ukuran diperkecil dimasukkan kedalam tungku pirolisis kemudian
dipanaskan sampai sekitar suhu 400-600 derajat. Proses pirolisis ini menghasilkan
tiga ( 3 ) fraksi yaitu fraksi padat ( arang tempurung ), fraksi berat ( tar )
dan fraksi ringan ( gas ) yang nantinya kita lewatkan pada kondensator (
pendinginan ) menjadi asap cair.
Komponen
senyawa penyusun asap cair
Ada tiga
kelompok senyawa penyusun terbesar dalam asap cair yang bekerja saling sinergis
yang berfungsi sebagai pengawet ,yaitu :
1. Senyawa Fenolat
Fenol diduga berperan sebagai anti oksidan
dengan aksi mencegah proses oksidasi senyawa protein dan lemak sehingga proses
pemecahan senyawa tersebut tidak terjadi dan memperpanjang masa simpan produk
yang diasapkan. Senyawa Fenol yang terdapat dalam asap cair terbanyak adalah
Guaiakol dan Siringol.
2. Senyawa Karbonil
Senyawa ini
berperan pada cita rasa dan pewarnaan pada produk yang diasap . Jenis senyawa
karbonil yang ada dalam asap cair antara lain Vanilin dan Siringaldehida.
3. Senyawa asam
Senyawa asam bersama-sama senyawa fenol dan
karbonil secara sinergis sebagai anti mikroba sehingga dapat menghambat
peruraian dan pembusukan produk yang diasap. Senyawa asam terbanyak
yang terkandung dalam asap cair adalah turunan asam karboksilat seperti
furfural, furan dan asam asetat glacial.
4.
Senyawa hidrokarbon
polisiklis aromatis ( PAH )
Senyawa
hidrokarbon polisiklis aromatis ( PAH ) yang ada seperti benzopiren bersifat
karsinogenik. Dalam jumlah sangat kecil sekali .
Proses
finishing asap cair sebagai pengawet bahan makanan
Asap cair yang
dihasilkan dari kondensasi fraksi ringan pirolisis masih belum bisa digunakan
sebagai pengawet bahan makanan karena kemungkinan masih mengandung senyawa PAH
sepeti benzopiren yang karsinogenik sehingga perlu prose lanjut untuk
menghilangkan senyawa PAH karsinogenik tersebut.
Proses Pemurnian asap cair untuk
menghilangkan PAH
Setelah melewati proses diatas
diperoleh zat pengawet bahan makanan yang bersifat non karsinogenik dan aman
untuk dipakai dalam berbagai makanan , senyawa PAH seperti benzopiren yang
karsinogenik tidak ada lagi dan hal ini telah dibuktikan dalam labatorium
dengan alat GC-MS.
Perbandingan
Asap Cair dan Formalin sebgai bahan pengawet makanan
Telah lazim
senyawa Formalin dipergunakan di bidang kedokteran untuk mengawetkan mayat
dengan tujuan mempelajari anatomi dan patologi tubuh manusia. Tetapi
selanjutnya oleh oknum yang tidak bertanggung jawab dipakai sebagai pengawet
makanan .
Kenapa Formalin
tidak boleh dipakai sebagai pengawet makanan?
Formalin :
Cairan tidak
berwarna dengan bau menyengat, iritan dan menghasilkan aroma terbakar. Untuk
manjaga kualitasnya larutan ini harus disimpan dalam tempat yang hangat (
diatas 15 derajat ) pada tekanan udara yang cukup tinggi dan dijauhkan dari
cahaya.
Efek samping
penggunaan formalin sebagai pengawet makanan :
·
Bersifat iritan pada mata, hidung, saluran pernafasan,
menimbulkan bersin.
·
Disphagia
·
Kontraksi
laring ( sesak nafas )
·
Bronchitis
dan pneumonia
·
Asma
·
Dermatitis
dan reaksi sensifitas
·
Ulcerasi dan nekrosis pada jaringan mucus
·
Hematemesis
dan diare disertai darah
·
Hematuria
( adanya darah dalam urine )
·
Anuria
( tidak ada urine )
·
Asidosis, vertigo dan kegagalan sirkulasi.
Kematian dapat
terjadi setelah menghirup sebanyak 30 ml
c Tabel
Perbandingan Formalin dan Asap cair
Asap cair
|
Formalin
|
||
Asal
|
Bahan alam,mudah didapat
|
Bahan kimia, susah didapat
|
|
Bau
|
Khas asap cair
|
Menyengat khas
formalin, aroma terbakar
|
|
Efek samping
|
Aman, tidak ada efek
samping
|
Membahayakan kesehatan
|
|
Warna
|
Kekuningan sampai kecoklatan
|
Jernih
|
|
Keuntungan
|
Aman bagi kesehatan
maupun lingkungan
|
Berbahaya bagi
kesehatan dan lingkungN
|
|
Ekonomis
|
Ekonomis, harga
variative dari 6000-15000 per liter
|
Lebih mahal , 20000 per liter
|
|
Daya pengawet
|
lama
|
lama
|
|
Komposisi Asap Cair, Analisis dengan alat GC/MS
Hasil analisa GC/MS dari asap cair adalah
sbb :
1. Acetic Acid
2. Formic Acid
3. Maltol
4. Methyl cyclopenenolone
5. Ethylcyclo pentenolone
6. Dimethylcyclopentenolones
7. Furfural
8. 5-Hydroxymethylfurfural
Komponen Lignin Pyrolisis
1. Phenol
2. ortho, meta dan para Cresol
3. Guaiacol
4. 4-Methylguaiacol
5. 4-Ethylguaiacol
6. 4-Propylguaiacol
7. Pyrocatechol
8. Trimethylphenols
9. Vanilin
10. 4-(-2-Propio)-Vanillone
11. 4-(-1-Propio)-Vanillone
12. Acetovanillone
13. 2,4,5-Trimethylbenzaldehyde
14. 4-Hydroxyacetophenone
15. Eugenol
16. cis & trans-Isoeuginol
17. 2,6-Dimethoxyphenol (Syringol)
18. 4-Methylsyringol
19. 4-Ethylsyringol
20. 4-Propylsyringol
21. 4-Acetosyringol
22. 4-(-2-Propio)-syringol
23. 4-(-1-Propio)-syringol
24. cis & trans 4-(-1-Propenyl)-syringol
25. 4-(-2-Propenyl)-syringol
26. Syringaldehyde
Cara Membuat
Asap cair
Sebagai bahan
Pengawet Makanan Non
Karsinogenik
I. Proses
Pirolisis material Tempurung Kelapa
Proses memisahkan material dengan pemanasan
tanpa api langsung, 100kg tempurung kelapa yang sudah dibersihkan dari sabutnya
dan telah diperkecil ukurannya dimasukan kereaktor pirolisis kapasitas 150kg,
dipanasi dengan suhu 400-500 derajat C selama 1-2jam, akan diperoleh 3 fraksi :
1. Fraksi padat berupa arang tempurung dengan kualitas tinggi, 2. Fraksi berat
berupa Tar, 3. Fraksi ringan berupa asap dan gas methane. Dari fraksi ringan
kita alirkan ke pipa kondensasi sehingga diperoleh asap cair sedangkan gas
methane tetap menjadi gas tak takterkondensasi (bisa dimanfaatkan sebagai bahan
bakar). Asap cair yang diperoleh belum bisa dipergunakan untuk pengawet makanan
karena masih mengandung bahan berbahaya .
II. Proses Pemurnian asap cair
Proses pemurnian asap cair untuk mendapatkan
asap cair yang tidak mengandung bahan berbahaya sehingga aman untuk bahan
pengawet makanan. Asap cair yang diperoleh dari kondensasi asap pada proses
pirolisis diendapkan lebih dahulu satu minggu kemudian cairan diatas kita ambil
dan dimasukkan kedalam alat destilasi , proses seperti pirolisis yang berbeda
kalau destilasi bahannya asap cair, suhu destilasi sekitar 150 derajat C, hasil
destilat kita tampung, destilat ini masih belum kita gunakan sebagai pengawet
makanan masih ada lagi proses yang harus dilewati.
III. Proses
Filtrasi Destilat dengan Zeolit Aktif
Proses filtrasi
destilat dengan zeolit aktif ditujukan untuk mendapatkan zat aktif yang
benar-benar aman dari zat berbahaya. Caranya zat destilat asap cair kita alirkan ke dalam kolom zeolit aktif
dan diperoleh filtrate asap cair yang aman dari bahan berbahaya dan bisa
dipakai untuk bahan pengawet makanan non karsinogenik.
IV. Proses
Filtrasi filtrate zeolit aktif dengan Karbon Aktif
Proses filtrasi filtrate zeolit aktif dengan
karbon aktif dimaksudkan untuk mendapatkan filtrate asap cair dengan bau asap
yang ringan dan tidak menyengat, caranya filtrate
dari filtrasi zeolit aktif dialirkan kedalam kolom yang berisi karbon aktif
sehingga filtrate yang kita peroleh berupa asap cair dengan bau asap yang
ringan dan tidak menyengat, maka sempurnalah asap cair sebagai bahan
pengawet makanan yang aman dan efektif serta alami.
VI.
Pengendalian Kualitas Kontrol
Untuk menjaga
kualitas asap cair baik dari segi keamanan maupun efektivitas sebagai pengawet
makanan diperlukan uji dengan memakai alat GC/MS.
Destilasi Tingkat I
Asap Cair
Pirolisis
Destilasi tingkat II
Filtrasi Zeolit aktif
Filtrasi carbon aktif
Zat pengawet Grade 2
non karsinogenik
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar