Kamis, 06 September 2012

Biodiesel Dari Nyamplung


Proses Pengolahan Minyak Nyamplung

Kandungan minyak dari biji nyamplung adalah 40% – 55% saat kondisi biji hijau, dan  70 – 75% saat kondisi biji kering. Kadar air biji nyamplung segar adalah 37 – 45%. Pengeringan hingga kadar air menjadi 12% dilakukan sebelum proses ekstraksi minyak dilakukan. Alur pengolahan biji nyamplung menjadi minyak nabati adalah:
 1.  Penyimpanan Biji
Biji nyamplung yang sudah dipanen, dikeringkan hingga mencapai kadar air sekitar 12%. Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan penjemuran sinar matahari atau mesin pengering. Apabila sinar matahari cukup terik, maka pengeringan berlangsung selama 2 – 3 hari. Selanjutnya biji dipisahkan dari tempurungnya. Tempurung atau cangkang biji nyamplung mencapai 30% berat total. Setelang pengupasan cangkang maka diperoleh rendemen biji sebesar 70%. Biji dimasukan kedalam karung goni dan ditutup rapat. Karung berisi biji nyamplung di simpan didalam gudang dengan suhu 26 – 27 oC dan kelembapan sekitar 60 – 70%. Penyimpanan dilakukan apabila terdapat rentang waktu yang cukup panjang antara pemanenan dan pengolahan biji nyamplung.

2.  Pengeringan Biji
Pada saat mengalami penyimpanan, biji nyamplung menyerap kelembaban sehingga kadar airnya meningkat. Pengeringan sebelum pengambilan minyak perlu dilakukan karena keberadaan air dapat menghambat ekstraksi minyak dari biji nyamplung.
Pengeringan biji tanpa tempurung bisa dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
-  Dikeringkan di bawah sinar matahari
-  Digoreng tanpa minyak (sangrai)
-  Pengeringan dengan mesin
Pengeringan dilakukan sampai biji nyamplung berwarna coklat kemerahan. Pengeringan yang tepat akan menentukan rendemen minyak yang dihasilkan.


3.  Pengepresan biji
Bisa dilakukan dengan dua macam mesin pres, yaitu : Mesin pres hidrolik manual dan  mesin pres ekstruder (sistem  ulir). Mesin pres hidrolik memerlukan energi yang lebih kecil namun produksi minyaknya dalam satu hari juga kecil. Sedangkan mesin pres ekstruder memerlukan energi yang lebih besar dengan produksi minyak lebih banyak. Rendemen minyak yang dihasilkan dari proses press adalah 20-30%. Residu proses pres berupa ampas / bungkil biji yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan briket. Minyak yang keluar dari mesin pres berwarna hitam/gelap karena mengandung kotoran dari kulit dan senyawa kimia seperti : alkoloid, fosfatida, karotenoid, khlorofil, dll.


4. Degumming
Degumming bertujuan untuk memisahkan minyak dari getah/lendir yang terdiri dari fostatida, protein, karbohidrat, residu, air dan resin. Proses degumming dilakukan dengan penambahan asam fosfat 20% sebesar 0,3-0,5% (b/b) minyak,sehingga akan terbentuk senyawa fosfasida yang mudah terpisah dari minyak. Hasil dari proses degumming akan memperlihatkan perbedaan warna yang jelas dari minyak asalnya, yaitu berwarna jernih kemerah-merahan.
Degumming dilakukan pada suhu 80oC selama 15 menit, sampai terjadi endapan. Endapan dipisahkan, kemudian minyak dicuci dengan air hangat (suhu 60oC) hingga jernih. Selanjutnya air dipisahkan/diuapkan dari minyak dengan pengeringan vakum pada suhu 80oC agar tidak terjadi reaksi oksidasi.

Minyak nyamplung dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati, baik sebagai biodiesel maupun sebagai biokerosene. Proses lanjutan untuk pembuatan biodiesel dan biokerosene dari minyak nyamplung adalah sebagai berikut:

Komposisi Minyak Tamanu
Asam Lemak
%
Asam Oleat
49.4
Asam Linoleat
21.3
Asam Palmitat
14.7
Asam Stearat
12.66
Asam Eicosanoat
0.94
Asam Eicosenoat
0.72
Asam Linolenat
0.28


BIODIESEL

Pengukuran kadar FFA harus dilakukan untuk menentukan tahap pengolahan berikutnya untuk menghasilkan biodiesel. Terdapat 3 kategori proses pengolahan lanjutan berdasarkan kadar FFA pada minyak nyamplung hasil degumming:
1)      Proses  Transesterifikasi  (T), proses  ini digunakan apabila kadar FFA  ≤ 1%.
2)      Proses  Esterifikasi­Transesterifikasi (ET), proses  ini digunakan apabila  kadar FFA  berkisar antara 10–20%.
3)      Proses Esterifikasi­Esterifikasi­Transesterifikasi (EET), proses  ini   digunakan  apabila  kadar  FFA  ≥ 20%.

Proses transesterifikasi merupakan proses pereaksian minyak hasil degumming dengan metanol dengan perbandingan molar 6:1 (metanol : minyak) dengan menggunakan katalis NaOH / KOH 0,5% dan dipanaskan pada suhu 60oC selama 30 menit sambil di aduk. Selanjutya dilakukan pengendapan selama 3 – 4 jam untuk memisahkan gliserol. Pemisahan gliserol dapat dipercepat dengan menggunakan metode sentrifugasi. Air yang terbentuk di bawah permukaan biodiesel dicuci dengan menggunakan asam asetat glacial 0,01% kemudian dicuci dengan menggunakan air hangat suhu 60oC. Sisa methanol yang masih ada diuapkan. Proses transesterifikasi mengubah trigliserida menjadi metal ester, sedangkan FFA akan mengalami reaksi penyabunan dan terikut bersama gliserol.     
Proses esterifikasi-transesterifikasi dilakukan apabila kadar FFA dalam minyak cukup tinggi. Proses esterifikasi perlu dilakukan sebelum proses transesterifikasi untuk mencegah pembentukan sabun dari FFA apabila dilakukan proses transesterifikasi secara langsung. Proses esterifikasi dilakukan dengan cara menambahkan metanol dalam perbandingan molar 20:1 (metanol : minyak) dengan menggunakan HCl 1% sebagai katalis. Pereaksian dengan metanol disertai dengan pemanasan 60oC selama 1 jam dan pengadukan. Selanjutnya dilakukan proses transesterifikasi yang sama seperti paragraph sebelumnya.
Proses esterifikasi-esterifikasi-transesterifikasi dilakukan dengan menggunakan metode yang sama seperti yang telah dijelaskan dalam paragraph sebelumnya hanya saja proses esterifikasi dilakukan sebanyak 2 kali.
Tabel 1. Sifat Fisikokimia Biodiesel Nyamplung Dibandingkan dengan Standar SNI04-7182-2006

No
Parameter
Satuan
Metode Uji
Standar Biodiesel
Biodiesel Nyamplung
1
Massa jenis pada 40oC
Kg/m3
ASTM D1298
850 – 890
880.6
2
Viskositas kinematik pada 40oC
mm2/c (cSt)
ASTM D445
2,3 – 6
5,724
3
Bilangan setana
-
ASTM D613
Min. 51
71,9
4
Titik nyala (mangkok tertutup)
oC
ASTM D93
Min. 100
151
5
Titik kabut
oC
ASTM D2500
Maks. 18
38
6
Korosi Kepingan Tembaga (3 jam pada 50oC)
-
ASTM D130
Maks no. 3
1b
7
Residu karbon dalam:
a.       Contoh asli
b.      10% ampas distilasi
% massa
ASTM D4530

Maks. 0,05
Maks. 0,3
0,04



8
Air dan Sedimen
% volume
ASTM D1796
Maks. 0,05
0
9
Suhu distilasi 90%
oC
ASTM D1160
Maks. 360
340
10
Abu tersulfatkan
% massa
ASTM D874
Maks. 0,02
0,026
11
Belerang
Ppm-m (mg/kg)
ASTM D1266
Maks. 100
16
12
Fosfor
Ppm-m (mg/kg)
ASTM D1091
Maks.10
0,223
13
Bilangan asam
Mg KOH/g
AOCS Cd 3d-63
Maks. 0,8
0,76
14
Gliserol total
% massa
AOCS Ca 14-56
Maks. 0,24
0,222
15
Kadar ester alkil
% massa
SNI04-7182-2006
Min. 96,5
96,99
16
Bilangan iodium
% massa (g I2/100 g)
AOCS Cd1-25
Maks. 115
85

Tabel 2. Komposisi Minyak Nyamplung
Komponen
Kadar (%)
Asam Miristat (C14)
0,09
Asam Palmitat (C16)
14,6
Asam Stearat (C18)
19,96
Asam Oleat (C18:1)
37,57
Asam Linoleat (C 18:2)
26,33
Asam Linolenat (C18:3)
0,27
Asam Arachidat (C20)
0,94
Asam Erukat (C20:1)
0,72

BIOKEROSENE

Minyak nyamplung hasil degumming selanjutnya dinetralisasi untuk dapat dimanfaatkan sebagai biokerosene. Tujuan netralisasi adalah untuk mengurangi viskositas minyak dan mencerahkan warna minyak dengan cara mengendapkan bagian tersabunkan. Netralisasi dilakukan dengan menambahkan NaOH teknis diikuti dengan pemanasan pada suhu 60oC selama 15 menit. Minyak diistirahatkan selama 1 jm agar sabun dapat mengendap dan dipisahkan dari minyak.

PEMANFAATAN LAIN DARI NYAMPLUNG :

1.      Metil stearat (stearin) yang dihasilkan dari endapan biodiesel setelah dipadatkan dan dihilangkan racunnya dapat diolah menjadi coklat putih atau menjadi bahan baku pembuatan lilin.
2.      Gliserin sisa pengolahan biodiesel dapat digunakan untuk bahan baku pembuatan sabun atau campuran bahan kosmetik karena sifatnya sebagai humectant (pelembab).
3.      Ekstrak fraksi tersabunkan dari minyak nyamplung berupa coumarin, digunakan sebagai bahan baku pengobatan HIV AIDS.
4.      Bungkil biji nyamplung sisa pengepresan dapat diolah menjadi briket. Selain itu bungkil biji juga dapat dimanfaatkan menjadi pakan ternak setelah racun dihilangkan dengan pemanasan hingga suhu 120oC selama 30 menit. Ekstraksi bungkil dengan penggunakan pelarut non polar (heksan) dapat menghasilkan herbisida.
5.      Tempurung buah yang dipisahkan pada awal proses dapat diolah menjadi arang aktif.

1 komentar:

  1. Siang mbak, dimana saya bisa membeli minyak nyamplung murni. Terima kasih. 081314187577

    BalasHapus

Tepung Telur Alternatif

Di jaman yang serba praktis seperti sekarang ini, banyak sekali produk-produk pangan yang serba instan. Begitu pula dengan telur, suda...