Kamis, 22 November 2012

Pembuatan Pupuk Organik Granul


Pupuk organik bisa dibuat dalam bermacam-macam bentuk. Pemilihan bentuk ini tergantung pada penggunaan, biaya, dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Salah satu bentuk yang banyak dipakai adalah granul. Membuat pupuk granul sebenarnya tidak terlalu sulit. Secara garis besar pupuk granul dapat dibuat dengan cara seperti di bawah ini.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan kompos granul:
1.      Pupuk kompos
2.      Kotoran ternak yang telah kering
3.      Dolomit

Pupuk kompos yang digunakan adalah pupuk kompos matang. Cara pembuatan pupuk kompos, adalah:

1.      Persiapan Bahan

Bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan kompos berupa sampah organik, misalnya: jerami, daun, dll. Bahan-bahan yang akan di komposkan harus disortir terlebih dahulu untuk memisahkan komponen anorganik, seperti plastik, gelas, logam, dll.

2.      Pengecilan Ukuran

Bahan-bahan yang akan dikomposkan dicacah terlebih dahulu untuk mengecilkan ukuran. Tujuan pengecilan ukuran adalah untuk meningkatkan efisiensi pada saat dekomposisi oleh bakteri.

3.      Pencampuran

Bahan yang telah di cacah kemudian dicampur dengan bioaktivator. Biaktivator adalah biakan mikroba yang berfungsi mempercepat proses dekomposisi bahan membentuk kompos.

4.      Dekomposisi

Selama proses dekomposisi terjadi penguraian bahan-bahan membentuk kompos. Proses dekomposisi dapat dilakukan dengan metode tradisional maupun metode modern dengan menggunakan mesin. Metode tradisional dilakukan dengan cara menumpuk bahan dengan ukuran 2 m x 1 m x 1,5 m (P x L x T). Pada tumpuka diberi aersi berupa batang bambu yang sudah dilubangi di sepanjang sisinya. Pada bagian atas tumpukan ditutup dengan terpal untuk menjaga kestabilan suhu dan kelembaban. Metode modern dapat dilakukan dengan menggunakan mesin seperti rotary drum.

Suhu dan kadar air sangat mempengaruhi proses ini sehingga harus selalu di pantau. Suhu diukur dengan menggunakan termometer. Apabila suhu melebihi 45oC maka harus dilakukan pembalikan untuk menurunkan suhu. Kadar air diperiksa dengan meremas. Kadar air yang diinginkan adalah apabila terdapat percikan kecil air pada sela-sela jari saat bahan diremas. Air ditambahkan apabila bahan terlalu kering.

5.      Pematangan

Kompos yang telah matang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a.       Dicium/dibaui
Kompos yang sudah matang berbau seperti tanah dan harum, meskipun kompos dari sampah kota. Apabila kompos tercium bau yang tidak sedap, berarti terjadi fermentasi anaerobik dan menghasilkan senyawasenyawa berbau yang mungkin berbahaya bagi tanaman. Apabila kompos masih berbau seperti bahan mentahnya berarti kompos masih belum matang.
b.      Kekerasan Bahan
Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya, tetapi ketika diremasremas akan mudah hancur.
c.       Warna kompos
Warna kompos yang sudah matang adalah coklat kehitamhitaman. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. Selama proses pengomposan pada permukaan kompos seringkali juga terlihat miselium jamur yang berwarna putih.
d.      Penyusutan
Terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos. Penyusutan berkisar antara 20 – 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum selesai dan kompos belum matang.
e.       Suhu
Suhu kompos yang sudah matang mendekati dengan suhu awal pengomposan. Suhu kompos yang masih tinggi, atau di atas 45oC, berarti proses pengomposan masih berlangsung aktif dan kompos belum cukup matang.
f.        Tes perkecambahan
Contoh kompos letakkan di dalam bak kecil atau beberapa pot kecil. Letakkan beberapa benih (3 – 4 benih). Jumlah benih harus sama. Pada saat yang bersamaan kecambahkan juga beberapa benih di atas kapas basah yang diletakkan di dalam baki dan ditutup dengan kaca/plastik bening. Benih akan berkecambah dalam beberapa hari. Pada hari ke2 atau ke3 hitung benih yang berkecambah. Bandingkan jumlah kecambah yang tumbuh di dalam kompos dan di atas kapas basah. Kompos yang matang dan stabil ditunjukkan oleh banyaknya benih yang berkecambah.

6.      Pengecilan Ukuran dan Pengayakan

Pupuk kompos yang telah matang di cacah dan diayak untuk mendapatkan ukuran yang seragam.

Pupuk kompos selanjutnya dibentuk menjadi granul dengan proses sebagai berikut :

1.      Persiapan Bahan Baku

Persiapan bahan baku dilakukan sendiri-sendiri. Jadi jika bahan baku terdiri dari tiga bahan, maka proses ini juga terbagi menjadi tiga bagian. Bahan untuk membuat pupuk organik granul harus dalam bentuk tepung. Sebagian bahan baku bisa diperoleh atau dibeli dalam bentuk tepung, seperti: kaptan, zeolit, dolomit, atau fosfat alam. Sebagian bahan kemungkinan diperoleh dalam bentuk bongkahan ukuran yang besar. Bahan-bahan ini harus diolah terlebih dahulu hingga berbentuk tepung. Proses persiapan bahan baku terdiri dari tiga tahap, yaitu: pengeringan, penghalusan, dan pengayakan.

2.      Pengeringan

Proses pertama adalah pengeringan bahan. Bahan baku, kompos misalnya, dikeringkan terlebih dahulu. Pengeringan bisa dilakukan dengan cara dijemur atau dengan menggunakan mesin pengering. Pengering dilakukan hingga kadar air kurang dari antara 10-15% atau sampai kompos bisa ditepungkan.

3.      Penghalusan

Penghalusan bisa dilakukan secara manual atau dengan menggunakan mesin. Penghalusan secara manual misalnya dengan cara ditumbuk. Penghalusan dengan mesin menggunakan mesin cacah khusus. Penggunaan mesin menghasilkan kompos yang lebih halus dengan kapasitas yang lebih besar daripada cara manual.

4.      Pengayakan

Untuk mendapatkan ukuran tepung yang seragam, kompos yang telah dihaluskan diayak. Pengayakan menggunakan ayakan (screen) halus. Pengayakan bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin ayak. Yang perlu diperhatikan adalah mesin ayakan harus tertutup atau dilengkapi dengan penyedot debu, karena tepung bisa terbang ke mana-mana. Bahan yang tidak lolos ayakan dikembalikan ke mesin penghalus/pencacah untuk dihaluskan kembali. Jika bahan perlu bahan tersebut dikeringkan lagi agar mudah ditepungkan. Bahanbahan yang sudah tidak bisa dihaluskan bisa dijadikan pupuk organik curah. Jadi tidak ada bahan yang terbuang.

5.      Pencampuran

Semua bahan sesuai dengan resepnya dicampur menjadi satu. Pencampuran harus dilakukan baik agar semua bahan tercampur merata. Dalam skala kecil pencampuran dapat dilakan secara manual dengan menggunakan tenaga manusia dan sekop. Dalam skala besar pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer (mesin pencampur). Apabila perekatnya berbentuk tepung, penambahan perekat dilakukan pada proses ini.

6.      Granulasi

Semua bahan yang telah tercampur selanjutnya dibuat granul dengan menggunakan pan granulator. Perekat (jika dalam bentuk cair) ditambahkan secara perlahan-lahan hingga terbentuk granul.

7.      Pengeringan

Granul yang baru keluar dari pan granulator biasanya masih basah. Granul ini perlu dikeringkan hingga kadar air kurang lebih 10-15%. Pengeringan granul bisa dengan cara dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunaka mesin pengering.

8.      Pengayakan

Meskipun dilakukan dengan sebaik-baiknya, umumnya granul tidak benar-benar seragam. Ukuran granul bervariasi dari yang terkecil hingga besar. Ukuran granul yang biasa diinginkan antara 3 – 5 mm. Memisahkan ukuran granul dilakukan dengan cara pengayakan. Granul yang berukuran kecil digunakan kembali dalam proses granulasi, sedangkan granul yang berukuran besar dihaluskan dan digunakan sebagai bahan baku kembali. Granul yang reject atau pecah-pecah juga dapat dijual sebagai pupuk organik curah. Jadi sekali lagi tidak ada bahan yang dibuang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tepung Telur Alternatif

Di jaman yang serba praktis seperti sekarang ini, banyak sekali produk-produk pangan yang serba instan. Begitu pula dengan telur, suda...